Rahajeng Purnama dan Banyu pinaruh. (((((ONG)))) Rahayu.
Sembari menikmati cahaya bulan purnama sungguh indah menyimak uraian tentang Bhatari Durga berikut.~
Citra Durga seperti ini menggambarkan beliau sedang murka atau lazim disebut citra Krura. Sangat berbeda penggambarannya, ketika sedang Santa Rasa atau sedang saumnya (netral). Bahkan ada 9 wujud beliau ketika sedang krura, sehingga dalam tradisi pemujaannya, kesembilan citra beliau dipuja dalam ritual Nawaratri yakni memuja Durga 9 hari dan 9 malam sebagai Ibu Semesta..Sejatinya, rupa Sang Ibu Betari yang demikian merupakan perwakilan dari mahadasyatnya kekuatan energi yang disebut Sakti.
Kekuatan melebur sebagai upaya untuk mengcreat segala sesuatunya, sehingga menjadi selaras kembali. Bahkan, beliau sering dipuji dengan sebutan Sang Adi Sakti, yakni simbol dari kekuatan semesta yang aktif. Dalam Bhuwana Alit (diri), Ia adalah energi aktif yang menggerakan semua sistem diri, baik itu pikiran, jiwa dan tubuh dengan bagian-bagiannya yang kompleks..Dalam ruang dan waktu, Ia disebut Sang Mahakali sebagai penguasa waktu. Siapapun tidak akan bisa melawan kuasa waktu. Waktu akan menundukan semuanya, dan menarik semua keberadaan ini ke dalam siklus lahir, hidup dan mati—mengada, ada dan lenyap. Sejatinya waktulah yang kekal.
Dalam pemaknaan rupa dan atributnya kita menemukan sisi yang bukan sekadar menyeramkan. Sosok seram dalam dirinya adalah pesan mistik, bahwa untuk bertemu daya saktinya, maka taklukan segala ketakutan diri terhadap hal-hal yang menakutkan, terlebih kematian. Lidah menjulur sebagai salah satu pose yoga tantra untuk disiplin menggunakan lidah yang bisa membawa kebaikan dan bisa pula membawa kehancuran.Bertangan banyak adalah menunjukan bagaimana daya energi yang dikelola dengan baik akan memunculkan gagasan kreatif—ia yang berpengetahuan adalah ia yang memiliki banyak kerja dan gagasan yang membawa kebaikan pada dunia. Memegang kepala adalah simbol dari penaklukan atas pikiran, sebab pikiran sering mengaburkan pandangan dan kejernihan batin. Senjata simbol ketajaman jnana atau pengetahuan untuk bisa dimanfaatkan mengasah kekuatan buddhi atau kecerdasan spiritual.Pose sedang menginjak sosok laki-laki bukanlah penghinaan, tetapi pemujaan sesungguhnya.
Manakala perempuaan dimuliakan sebagai Sang Adi Sakti, maka ia akan bisa melebur segala papa dan noda diri. Dimana perempuan ditinggikan sebagai Ibu, maka segala kekotoran batin akan dibersihkan, dan segala keberlimpahan didapatkan. Tidak saja kejayaan tetapi juga kelepasan sempurna.
~ sandi reka ~Repost: admin Tantra Sastra #ongrahayu#tantra#kandampat