Hari Raya Saraswati

(((((ONG)))) Rahayu

Rahajeng Rahina Saraswati semeton sedulur Tantra Sastra, dan berikut aksara bertutur tentang tubuh adalah aksara Ong. Meskipun sedikit panjang, semoga bisa dibaca tuntas sebagai realisasi laku “Samadhi ing Candi Sastra”

Konon aksara bertutur, bahwa tubuh tiada lain adalah aksara Ong simbol kemahakuasaan Paramasiwasunya. 

Tubuh tidak ubahnya Lingga Siwa sthana sebagai Swalingga yang terjalin dalam rajutan aksara mewujud menjadi Ong. Secara fisik, bagian dada adalah bunyi Okara, lengan adalah Ardhacandranya, bagian kepala adalah Windunya, dan rambut adalah Nada. 

Demikianlah tubuh fisik manusia terbentuk mewujud dalam aksara Ong..Kemudian di dalam organ tubuh, bagian dari Ongkara terjalin dalam kesatuannya yang terhubung, sehingga menjadi Ongkara seutuhnya. 

Pada organ paru adalah Okara, limpa adalah Ardhacandranya, jantung adalah Windunya, dan empedu adalah Nadanya. Jadi, tiada berbedalah Ongkara yang ada pada organ dalam tubuh dengan Ongkara yang ada pada raga fisik. Keduanya sama sesungguhnya dalam makna keseimbangan..Tubuh sebagai Swalingga adalah Ongkara dalam bentuk sekalanya sebagai tubuh dan organ dalam. Secara niskalanya tiada lain adalah energi yang menggerakan sistem pikiran, hati, emosional, kesadaran, daya kreativitas dan daya lainnya dalam tubuh. Organ dalam dan fisik secara keseluruhan hanyalah alat dan tidak akan berfungsi tanpa digerakkan oleh energi Ongkara sebagai partikel Paramasiwasunyatattwa..Sebagaimana daya listrik akan mengaliri lampu fisik hingga menyala terang. 

Demikian pula ketika kita menyadari hakikat tubuh adalah Ongkara maka cahaya kesadaran akan membias dalam diri. Tubuh adalah Ongkara sama dengan tubuh adalah cahaya. Sehingga kita sesungguhnya tidak perlu mencari cahaya, tetapi menjadi cahaya kesadaran itu. Meskipun ada pada gelap yang pekat..Lebih dalam lagi, tubuh bukan hanya sekadar Ongkara, tetapi tubuh sejatinya lebur dalam Ongkara. Artinya, meniadakan kesadaran tubuh. Membawa kesadaran pada satu titik kesadaran penuh bahwa kita adalah Sangatma sebagai kesadaran murni. 

Kesadaran Sangparamasiwasunya sesungguhnya. Meniadakan tubuh bukan berarti mengingkari tubuh, tetapi menyadarinya bahwa tubuh yang menopang jiwa adalah alat untuk mengecap nikmat paramasunya itu. . Maka dari itu, Ongkara mewujud sebagai badan ragawi terluar fisik dan Ongkara diwujudkan pada organ dalam. Maksud dari semua itu, tentunya kita diingatkan oleh aksara bahwa tatakala kita ingat yang di dalam, jangan lupakan yang di luar. Sebagaimana arus energi mengalir dari luar ke dalam dan dari dalam keluar (ngejaba jero). Keluar masuk, memunculkan gesekan, dan gesekan akan menghasilkan energi kesadaran yang kuat. .Lebih mendalamnya lagi, tubuh sebagai Ongkara tidak ubahnya tutur diri untuk kita sadar dan paham diri. Bahwa kepala dan jantung sebagai Windu adalah menandakan bagaimana pikiran dan perasaan itu bermain. Kemudian, dada dan paru sebagai bunyi Okara menjadi penanda bahwa kehidupan adalah ruang. Lalu, limpa dan lengan sebagai Ardhacandra sebagai prinsip dari gerak laku. Dan, rambut dengan empedu sebagai Nada tiada lain adalah puncak dari capaian ketika kita bisa menyeimbangkan pikiran, hati, laku dalam kesadaran Paramasiwasunya. 

.Kesadaran Paramasiwasunya ternyata tidak ada pada Ongkara dan Sunya. Justru ada pada sehelai rambut berwarna perak berkilauan yang mengikat Siwatma dengan Paramasiwa. Ikatan itu sangat jarang diketahui tempatnya. Cantolan yang membuat jiwa sebagai Siwatma terhubung dengan sumbernya itulah sangat dirahasiakan. 

Manakala seseorang mengetahuinya dan melihatnya pada saat itu pula tugasnya di bumi telah tuntas dan jalan kematian sebagai kerinduan akan perjumpaan mistik pun akan berlangsung dalam kenikmatan yang tiada terbandingkan.

~ sandi reka ~Repost. Admin Tantra Sastra#Ongrahayu#TantraSastraNusantara#YogaAksara#AksaraTantra

Api Rahasia di dalam diri

Api Rahasia di dalam diri

Sekilas cerita berkenaan api rahasia di dalam diri yang mesti dinyalakan melalui laku mengadakan Homa

Banyu Pinaruh

Banyu Pinaruh

Rahajeng Purnama dan Banyu pinaruh. (((((ONG)))) Rahayu.Sembari menikmati cahaya bulan purnama sungguh indah menyimak uraian

Bhatara Paramasiwa melakukan yoga yang mahadasyat

Bhatara Paramasiwa melakukan yoga yang mahadasyat

Bhatara Paramasiwa melakukan yoga yang mahadasyat, sehingga dariNya terlahir Gama Tiga Tattwa, yakni Igama, Agama

Didasarkan pada 30 Lontar berbahasa kawi, buku ini membabar hakikat Tantra, hakikat aksara dalam kehidupan, laku Tantra, hingga penyembuhan lewat meditasi aksara, hadir bagi anda yang haus akan ilmu adiluhung warisan leluhur nusantara.

setelah sukses menjadi buku best seller di indonesia pada cetakan pertama, kini telah terbit cetakan kedua dari penerbit JAVANICA. Dapatkan informasi lebih lengkap di sini